Bagian ke-3

Bertemu Wartawan
Suatu ketika di sekolah tempatku mengajar datang seorang yang mengaku dirinya wartawan. Lebih dari itu, dia juga mengaku dirinya sebagai pimpinan redaksi Tabloid Retorika Rakyat. Dia menawarkan kepada sekolahku untuk berlangganan tabloid tersebut. Akupun memberanikan diri untuk menawarkan kepadanya tulisan atau artikelku agar dimuat di tabloid tersebut. Dia menyambut tawaranku dengan senang hati. Bahkan dia menjanjikan agar memberikan honor sekedarnya apabila tulisanku layak dan dimuat dalam tabloid Retorika Rakyat.
Segeralah aku kumpulkan segenap energi yang aku miliki untuk menulis. Aku mulai dengan memilih tema yang sekiranya dapat aku tulis dengan mudah. Bagaimanapun bagusnya tema kalau aku sendiri tidak tahu detail pembahasannya pasti aku akan mengalami kesulitan yang besar. Kemudian aku mencari dan memebaca referensi yang menunjang untuk tulisan yang akan aku buat.
Aku mencoba menulis dengan semangat membara. Kata demi kata aku rangkai menjadi kalimat, Kalimat demi kalimat aku rangkai menjadi paragraf. Paragraf demi paragraf aku rangkai menjadi kesatuan tulisan dengan judul : Budaya Menulis di Kalangan Guru, Cermin sebuah Keprihatinan.
Esok harinya, aku baca tulisanku itu. Tidak lupa aku melakukan editing tulisan untuk memastikan agar tidak ada tulisan yang salah, baik ejaan maupun pemilihan katanya. Aku juga melakukan perbaikan kalimat yang dirasa tidak efektif.
Setelah dirasa baik, aku mulai membuat surat pengantar. Untuk membuat surat pengantar yang baik, aku mencoba saran yang dikemukakan oleh Agus M. Irkham dalam buku Prigel Menulis Artikel. Sekali lagi, aku menelisik tulisanku dan memastikan bahwa tulisanku tersebut benar-benar layak untuk dimuat di media massa. Kemudian aku mencetak dan mengirim artikel atau tulisanku itu melalui kantor pos. Tidak lupa aku sisipkan biodata dan pas foto, barangkali ada manfaatnya untuk membuat piagam atau sertfikat jika tulisanku dimuat. Maklum, aku seorang guru yang membutuhkan pengakuan dalam bentuk piagam atau sertifikat untuk memperoleh angka kredit dari kegiatan pengembangan pprofesi.
Artikel pertamaku langsung dimuat di media cetak
Aku benar-benar terkejut ketika pada bu;an berikutnya Mas Kutoro Wisnu Subroto – pimred dan wartawan tabloid Retorika Rakyat – mengirimi aku SMS. Dia mengabarkan kepadaku bahwa tulisanku dimuat dalam tabloid tersebut pada edisi ketiga bulan September-Oktober 2008. Dia juga menyatakan bahwa tulisanku berkualitas dan banyak yang memuji. Aku benar-benar merasa sangat bahagia, karena ini adalah pertama kali aku mengirim artikel dan langsung dimuat di media massa.
Aku bersyukur atas apa yang telah aku lakukan dan membuahkan hasil yang memuaskan. Aku teringat akan kata-kata yang banyak disampaikan oleh para penulis terkenal. Pada awal-awal mereka menulis mereka sering mengalami penolakan oleh media massa dengan berbagai alasan. Namun hal itu tidak terjadi padaku. Tulisan pertamaku langsung dimuat di media massa. Tapi aku tidak boleh sombong. Menurut aku, tulisanku langsung dimuat di media massa bukan karena tulisanku bermutu tinggi. Tetapi lebih disebabkan oleh kondisi media massa tersebut yang baru berdiri dan belum banyak memiliki penulis/koresponden yang mengenal dan mengirim tulisannya. Jadi daripada tidak ada tulisan yang masuk ke redaksi, tulisanku pun dimuat. Apalagi media tersebut berada di daerah dan belum terkenal.
Pada tanggal 7 September 2008 artikel tersebut aku kirim via email (ini hanya coba-coba lho…) ke situs Pendidikan Network. Ternyata tulisanku itu dipublikasikan di sana. Dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata tulisanku juga ikut parkir di situs PGRI Riau dan situs SDN Sengon 02 Brebes. Sungguh aku merasa puas…. (selesai).